Indahnya, Semarak Penjor Hiasi Kawasan Pura Jagatnatha

1 week ago 4
ARTICLE AD BOX
Penjor ini dihadirkan sebagai wujud partisipasi ST Desa Kesiman dalam pelestarian tradisi budaya Bali. Masing-masing ST dari enam banjar di Kesiman mengirimkan dua pasang penjor untuk dipasang di depan area pura, yaitu ST Eka Jaya (Banjar Abian Nangka Kaja Kesiman Petilan), ST Jaya Santhi (Banjar Abian Tubuh, Kelurahan Kesiman), ST Yowana Dharma Laksana (Banjar Meranggi Kesiman Petilan), ST Mekar Sari (Banjar Kesambi, Kesiman Kertalangu), ST Yowana Dharma Krethi (Banjar Kedaton Kesiman Petilan), dan ST Eka Murti Yowana (Banjar Kehen Kesiman Petilan).

I Putu Yogi Pramana atau yang akrab disapa Jro Yogi, selaku panitia yowana Kota Denpasar dan mitra Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, menyampaikan bahwa kegiatan ini melibatkan para yowana Kesiman dalam rangkaian acara Padudusan Agung. 

“Pemerintah kota melalui rekanan mengharapkan agar kegiatan ini dapat melibatkan sekaa teruna dan yowana. Penjor-penjor ini adalah penjor undangan dari ST di Kesiman, khususnya yang tidak dilombakan. Untuk penjor lomba ada ranah tersendiri, namun kali ini kami fokus pada partisipasi ST Kesiman,” jelasnya.


Jro Yogi menambahkan bahwa pemilihan ST dari Desa Adat Kesiman bukan tanpa alasan. Menurutnya, Kesiman sudah dikenal setiap enam bulan melalui tradisi Piodalan di Pura Pengerebongan, sehingga ST di Kesiman dianggap sebagai barometer kreativitas memenjor. 

"Sebagai warga Kesiman, saya bangga bahwa ST desa kami dilirik oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam pelestarian budaya memenjor. Semoga kegiatan ini bisa terus berlangsung agar kreativitas anak muda semakin berkembang," ujarnya.


Antusiasme dan Harapan Pemuda Kesiman
 
Putu Wahyu Cakra Sudarsana atau Wahyu, perwakilan dari ST Eka Jaya, Banjar Abian Nangka Kaja Kesiman Petilan, turut menyampaikan antusiasmenya terhadap kegiatan ini. Ia merasa bangga dan semangat karena bisa berpartisipasi dalam karya di Pura Jagatnatha. 

“Penjor yang kami buat ini tidak masuk kategori lomba, melainkan penjor undangan. Kami mengangkat tema Tri Datu dengan warna merah, putih, dan hitam,” ujarnya.

Wahyu menjelaskan bahwa pembuatan penjor ini memerlukan persiapan khusus, terutama dalam penentuan kombinasi warna yang sesuai dengan konsep Tri Datu. Warna merah diperoleh dengan teknik pencelupan, hitam menggunakan cat tembok, dan penempatan posisi warna membutuhkan ketelitian tinggi. “Harapan saya, kegiatan ini bisa terus ditingkatkan dan balai banjar dapat kembali dihidupkan sebagai pusat aktivitas budaya di tengah kemajuan zaman,” tambahnya.


Melalui partisipasi dalam kegiatan ini, para yowana Desa Kesiman berharap dapat terus melestarikan tradisi Bali, khususnya dalam memenjor, sehingga tidak hanya fokus pada kegiatan lain seperti Ogoh-Ogoh dan layangan. 

Di tengah kemajuan zaman, kegiatan budaya seperti ini diharapkan terus mendapat dukungan agar kreativitas generasi muda Bali tetap terjaga. 

Puncak Karya Padudusan Agung lan Ngenteg Linggih di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar, akan berlangsung pada Sabtu (16/11/2024), bertepatan dengan Purnama Sasih Kalima.

Rangkaian upacara ini sudah dimulai sejak 26 Maret 2024 dengan acara Maturan Penenten dan Nunas Pamuput Tawar, serta akan berlanjut dengan Mecaru Panca Kelud pada 1 November 2024, Melasti, dan Mepepada Karya pada 14 November. Setelah puncak acara pada 16 November, kegiatan akan diikuti dengan Bakti Penganyar pada 17 November mendatang. *m03

Read Entire Article