Bupati Mahayastra Koordinasi Penanganan Hama Tikus

8 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali
Bupati Gianyar I Made Mahayastra menggelar rapat koordinasi dengan jajaran bersama Forkopimda dan para pakaseh di ruang kerjanya, Selasa (13/5). Menghadirkan akademisi, PHDI, dan praktisi untuk membahas langkah-langkah menanggulangi hama tikus agar tidak semakin meluas. “Saya sudah keliling ke beberapa subak, keluhannya sama yaitu hama tikus. Saya mengajak pakaseh, akedemisi, PHDI, dan praktisi membahas langkah-langkah menanggulangi serangan hama tikus,” ujar Bupati Mahayastra.

Bupati Mahayastra mengatakan, roh atau urat nadi pariwisata di Gianyar adalah pertanian. Maka pertanian harus mendapatkan perhatian agar terus berjalan dengan baik dan para petani dapat berdaulat. “Kami mendukung program Presiden untuk kedaulatan pangan. Berdaulat secara pangan artinya kita mampu memenuhi kebutuhan pangan dari hasil petani. Petani juga berdaulat sehingga bisa menentukan nasibnya sendiri,” tegasnya. Bupati Mahayastra meminta informasi faktual di lapangan kepada para pekaseh. Bupati juga meminta akedemisi Prof I Wayan Supartha dan Prof Dewa Ngurah Supraptha untuk memberikan pandangan sekaligus rekomendasinya. 

Prof Supartha menekankan penyebab utama lonjakan populasi tikus adalah daya reproduksi tikus yang tinggi. Satu ekor tikus bisa beranak seratusan dalam setahun, siklus hidup yang panjang serta adaptasi yang baik. Faktor lainnya, musuh alami yang sudah berkurang seperti ular dan burung hantu serta ketersediaan makanan yang selalu ada. “Faktor ekstrinsiknya yaitu ketersediaan makanan yang selalu ada, hal ini juga menyebabkan lonjakan populasi karena tikus dapat berkembangbiak dengan cepat ditambah ketersediaan pakannya ada. Ketersediaan makanan melimpah karena sistem tanam yang bergiliran dalam satu subak, atau tulak sumur bukan kerta masa atau menanam padi secara serentak,” paparnya. 

Prof Supartha juga menyayangkan kurangnya pemantauan secara teratur sehingga pengendalian hama tidak dilakukan mulai dari awal. Dia menyarankan Bupati Gianyar meningkatkan kapasitas petani sebagai ahli penyakit hama tumbuhan mengingat petani lebih memahami kejadian di lapangan sehingga pemantauan dan penanganannya dapat dilakukan dengan cepat. Prof Supartha menyarankan agar pengendalian hama tikus pada saat padi masa vegetatif perlu sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida). “Saya sarankan demikian karena cukup efektif mengingat tikus sudah mulai melakukan penyerangan pada vase vegetatif dan merusak batang padi. Sebelum diberikan umpan beracun sebaiknya lakukan umpan pendahuluan untuk membiasakan tikus makan umpan tanpa racun selama 2 sampai 3 hari,” jelasnya.

Mengantisipasi dogma di masyarakat yang enggan memasang racun tikus di sawah, Bupati Mahayastra meminta pendapat PHDI dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) agar masyarakat mendapatkan penjelasan atau pemahaman yang lebih baik. Pemberian Rodentisida dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah tikus bukan memberantasnya, meski demikian tetap harus meminta izin dengan sesajen. Dari berbagai saran dan masukan yang diterima, Bupati Mahayastra akan segera memberikan bantuan kepada petani untuk pengadaan Rodentisida. Meminta bantuan TNI/Polri agar masalah petani segera bisa terselesaikan. 

Sesuai saran PHDI akan melaksanakan upacara keagamaan secara Hindu untuk memohon agar hama tikus dapat dikendalikan. Serangan hama tikus ini pertama kali diketahui di Subak Patas. Hingga saat ini, Dinas Pertanian Gianyar belum lengkap menerima laporan dari berbagai subak. “Kami belum bisa memberikan data pasti berapa subak yang terdampak. Tidak semua subak melaporkan kejadian serangan hama tikus, entah memang tidak terdampak atau belum melapor,” ujar Kadis Pertanian Anak Agung Putri Ari. Dari paparan Prof Supartha diketahui per 8 Mei 2025 lahan terdampak serangan hama tikus di Subak Patas Kenderan seluas 40 hektare. Subak Kedangan Wanayu 25 hektare, Subak Kedangan Buruan 20 hektare, dan beberapa subak lainnya yang tersebar di Kecamatan Gianyar, Sukawati, Ubud, Tegallalang, dan Blahbatuh. @ nvi
Read Entire Article