ARTICLE AD BOX
Hal itu dikemukakan Kepala Distan Kota Denpasar Anak Agung Bayu Brahmasta, Jumat (18/4). Kata dia, proses pemotongan babi setiap hari ke rumah potong hewan (RPH) hanya 200 ekor. Namun, Sabtu (19/4) dan Minggu (20/4) sebelum Galungan sudah ada permintaan pemotongan babi ke RPH sebanyak 450 – 500 ekor, yang dikirim dalam dua kali pengiriman. Menurutnya, proses pemotongan akan meningkat dua kali lipat lebih dari hari biasanya.
Gung Bayu mengungkapkan, meski ada peningkatan pemotongan, pihaknya memprediksi harga babi hidup mentok di Rp 54.000 per kilogram. “Kami prediksi pemotongan naik signifikan. Tetapi, untuk harga per kilogram babi hidup masih di sekitaran Rp 54.000,” ujarnya.
Menurut Gung Bayu, untuk harga daging babi di pasaran per kilogramnya berkisar Rp 95.000 hingga Rp 100.000. “Itu prediksi kami jelang Hari Raya Galungan. Stok babi di Denpasar juga kami rasa masih aman,” imbuhnya.
Sementara, Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali bersama Majelis Desa Adat Bali menyepakati harga eceran tertinggi (HET) babi hidup Rp 55.000 per kilogram. Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa saat dikonfirmasi, Jumat (18/4), mengatakan jelang Galungan beberapa desa adat di Bali terutama Tabanan dan Gaianyar membuat kesepatan harga babi.
Beberapa di antaranya ada yang menghubungi GUPBI meminta saran harga dan disepakati paling tinggi Rp 55.000 per kilogram. Dia berharap kenaikan harga babi jelang hari raya umat Hindu ini tidak begitu signifikan.
“Dengan harga Rp 55.000 ini sudah cukup membuat peternak kita tersenyum. Kita juga berharap agar pelaku serapan termasuk masyarakat juga bisa tersenyum dengan harga ini,” kata Suyasa.
Tingginya harga babi ini, menurut Suyasa, masih dipengaruhi oleh banyaknya permintaan babi Bali saat ini. Terutama untuk pengiriman ke Sulawesi dan Kalimantan yang selama 2 tahun terakhir mampu memberikan harga baik bagi peternak.
Terkait populasi, pria asal Badung ini mengatakan masih aman. Hal tersebut dilihat dari indikator di lapangan yakni asumsi serapan serta tingkat kepanikan masyarakat baik dalam membeli dan menjual.
“Kalau data pasti populasi terbaru yang valid kami tidak punya. Terakhir dua tahun lalu itu populasi mencapai 1,6 juta ekor. Saat ini kita lihat dari situasi penjualan dan pembelian, tidak ada panic buying atau panic selling, jadi kami simpulkan populasi aman,” tandas Suyasa. 7 mis