ARTICLE AD BOX
Indonesia berpotensi besar memasok telur ayam konsumsi ke negara-negara yang sedang mengalami gangguan produksi akibat wabah HPAI termasuk Amerika Serikat (AS), yang diberitakan mengalami defisit tinggi hingga mengerek harga telur mencapai 4,11 dolar AS setara Rp68 ribu.
Komoditas telur di tanah air mengalami surplus secara nasional hingga 288,7 ribu ton atau setara 5 miliar butir per bulan.
"Alhamdulillah orang kurang telur, kita telurnya lebih. Di mana-mana beras kurang, kita stok beras kita sekarang mungkin, kemarin saya cek, Bulog sudah dicek, yang baru tambah 800 ribu (ton). Berarti ditambah 2 juta (ton), stok beras kita 2,8 juta," ujar Zulhas dilansir Antara.
Zulhas menyampaikan bahwa Pemerintah berupaya mengantisipasi tarif yang akan diberlakukan oleh AS. Menurutnya, dalam perdagangan dunia naik turunnya penerapan tarif timbal-balik pasti akan terjadi.
Selain itu, kata Zulhas, beras Indonesia juga bisa menjadi salah satu komoditas yang berpotensi untuk ekspor ke depannya.
Berdasarkan prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia hingga April 2025 akan mencapai 13,9 juta ton, sedangkan kebutuhan nasional rata-rata 2,6 juta ton per bulan, yang berarti Indonesia surplus beras sebesar 3,5 juta ton.
"Bapak Presiden sudah jauh hari mengantisipasi bahwa perdagangan itu akan terjadi hal-hal seperti ini (tarif resiprokal), sudah jauh hari kan. Oleh karena itu, Presiden selalu menekankan, kita harus berdaulat terutama di bidang pangan, kita tidak boleh tergantung," katanya lagi.
Sebelumnya, Zulhas mengatakan Pemerintah Indonesia segera melakukan diplomasi dengan AS untuk mengantisipasi tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
"Soal tarif, saya sudah koordinasi juga sama Pak Menko Ekonomi, Pak Airlangga. Tentu kita harus melakukan segera, secepatnya untuk melakukan diplomasi," ujar Zulhas.
Zulhas menyampaikan Indonesia-AS merupakan dua negara yang saling membutuhkan. Menurutnya, AS merupakan negara pemasok kedelai nomor satu di Indonesia.
Ia menekankan tidak ada perang dagang atau tarif balasan untuk AS. Zulhas menyebut hal tersebut masih bisa dinegosiasikan.
"Kita kan nggak soal balas membalas, kita nggak gitu. Kita melakukan perbicaraan diplomasi. Karena kita lihat, kita ini saling membutuhkan, ya. Saya kira diplomasinya Pak Menko akan menyelesaikan semuanya," ujar Zulhas. 7 ant