ARTICLE AD BOX
Angka keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate) rumah sakit ini tercatat mencapai 70–80 persen setiap harinya. Direktur RS Singasana, I Wayan Doddy Setiawan, mengatakan bahwa penambahan kamar bertujuan agar penanganan pasien bisa lebih terfokus. “Selama ini pasien bedah dan interna masih dirawat campur. Nantinya akan kami pisahkan agar pelayanan lebih maksimal,” ungkapnya, Rabu (7/5).
Kamar baru akan dibangun di lantai dua di atas ruang IGD, dengan tahap perencanaan yang kini tengah berjalan. Proyek fisik dijadwalkan mulai Juni atau Juli melalui sistem pengadaan e-katalog. Pembangunan ruang inap ini menelan anggaran Rp9,5 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK), ditambah pengadaan alat kesehatan senilai Rp4,5 miliar.
Tak hanya memperluas kapasitas rawat inap, RS Singasana juga tengah mempersiapkan layanan hemodialisis (cuci darah), menyusul tingginya kebutuhan rujukan untuk layanan tersebut. Sepanjang 2024, sebanyak 245 pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain karena belum tersedianya fasilitas cuci darah di RS Singasana.
“Kasus rujukan untuk hemodialisis cukup tinggi setiap tahunnya,” ujar Doddy. Untuk menunjang layanan ini, rumah sakit telah menyiapkan enam perawat yang akan mengikuti pelatihan di RSUP Prof Ngoerah Denpasar, serta satu perawat bersertifikasi.
Dengan berbagai pengembangan layanan ini, RS Singasana menargetkan pelayanan yang lebih optimal, terintegrasi, dan mampu menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat Tabanan tanpa harus bergantung pada rujukan ke fasilitas lain. "Kami berkomitmen untuk memberikan layanan malksimal kepada masyarakat," tandas dr Dody.7des