ARTICLE AD BOX
Jakarta, Gizmologi – Di era digital seperti sekarang, ancaman keamanan siber tidak lagi hanya datang dari aplikasi mencurigakan yang diunduh pengguna. Bahkan, perangkat itu sendiri bisa jadi sudah “terinfeksi” sejak pertama kali dinyalakan. Salah satu ancaman serius yang baru-baru ini ditemukan adalah varian baru Trojan Triada, sebuah malware canggih yang tertanam langsung di firmware ponsel Android palsu.
Trojan ini tidak hanya sekadar menyusup, tapi juga melebur dengan sistem operasi secara mendalam. Akibatnya, pengguna tak menyadari bahwa perangkat mereka sedang dipantau atau bahkan dikendalikan oleh pelaku kejahatan siber. Varian terbaru ini ditemukan oleh tim keamanan siber Kaspersky, yang mencatat bahwa penyebarannya terjadi lewat ponsel pintar palsu yang beredar melalui jalur distribusi tidak resmi.
Lebih dari 2.600 pengguna di berbagai negara telah menjadi korban, termasuk di Indonesia. Para penyerang memanfaatkan celah dalam rantai pasokan perangkat untuk menanamkan Trojan Triada sebelum ponsel sampai ke tangan pengguna. Ini membuat kasus ini jauh lebih serius dibanding serangan siber biasa yang biasanya terjadi setelah pengguna melakukan tindakan tertentu.
Baca Juga: Penjualan Game inZOI Meledak! Resmi Kalahkan The Sims 4
Trojan Triada: Menyusup Sejak dari Pabrik

Berbeda dengan malware Android biasa yang menyusup lewat aplikasi palsu atau tautan berbahaya, Trojan Triada sudah tertanam langsung di dalam firmware sistem ponsel. Ini artinya, malware telah berada di dalam perangkat bahkan sebelum pengguna membuka kotak dan mengaktifkan ponsel. Serangan semacam ini disebut sebagai kompromi rantai pasokan (supply chain compromise), dan sangat sulit untuk dideteksi oleh pengguna awam.
Trojan Triada tidak hanya aktif di latar belakang, tapi juga menyusup ke hampir semua proses sistem yang berjalan. Ini memberinya kemampuan untuk mencuri akun dari aplikasi populer seperti Telegram, Facebook, Instagram, hingga TikTok. Tak hanya itu, malware ini juga bisa menghapus atau mengirim pesan di WhatsApp dan Telegram, mengganti alamat dompet kripto, hingga menyadap dan menghapus SMS.
Salah satu hal yang membuat kekhawatiran adalah Triada mampu mengalihkan panggilan dengan memalsukan ID pemanggil, memantau aktivitas browser, bahkan memblokir koneksi internet tertentu. Tujuannya? Untuk menghindari deteksi dari sistem keamanan dan memperpanjang waktu serangan agar lebih banyak data yang bisa dicuri.
Serangan Siber yang Kian Canggih
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 2016, Trojan Triada telah mengalami banyak evolusi. Versi terbarunya kini dikenal sebagai Backdoor.AndroidOS.Triada.z, dan diklaim sebagai salah satu ancaman paling kompleks dalam ekosistem Android. Dengan akses tingkat sistem, malware ini bisa melakukan hampir semua hal di dalam perangkat tanpa diketahui pengguna.
Menurut Kaspersky, penyerang telah berhasil menyalurkan setidaknya $270.000 dalam bentuk aset kripto ke dompet digital mereka. Namun jumlah ini bisa jadi jauh lebih besar, karena sebagian besar transaksi dilakukan menggunakan mata uang digital yang tidak bisa dilacak seperti Monero. Fakta ini menunjukkan bahwa pelaku serangan tidak hanya memiliki kemampuan teknis tinggi, tapi juga strategi finansial yang rapi.
Kampanye penyebaran Trojan Triada kali ini menunjukkan pergeseran taktik dari penyerang. Daripada menunggu pengguna terjebak pada aplikasi palsu, mereka memilih menanam malware langsung ke ponsel yang diproduksi secara ilegal. Ini membuat ancaman semakin berbahaya, karena pengguna merasa aman padahal perangkat mereka sudah dalam kendali pihak ketiga sejak awal.
Bagaimana Pengguna Bisa Melindungi Diri?

Melihat tingkat ancaman yang dibawa oleh Trojan Triada, pengguna perlu semakin selektif dalam memilih perangkat. Membeli ponsel dari toko resmi atau mitra resmi produsen merupakan langkah awal yang sangat penting. Hindari tergiur dengan harga murah dari penjual yang tidak memiliki reputasi jelas, apalagi jika perangkat tidak memiliki garansi resmi.
Selain itu, memasang aplikasi keamanan dari penyedia terpercaya seperti Kaspersky juga dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan sejak dini. Walaupun Trojan Triada sudah tertanam di sistem, solusi keamanan yang baik tetap bisa memantau aktivitas tidak biasa dan memberikan peringatan pada pengguna.
Yang tidak kalah penting, pengguna perlu rutin memeriksa izin aplikasi, memperbarui sistem secara berkala, dan menghindari melakukan rooting pada perangkat. Rooting bisa membuka celah bagi malware untuk mengakses sistem tanpa batas. Dalam kasus Triada, semakin banyak akses yang dimiliki malware, semakin luas kerusakan yang bisa ditimbulkan.
Kesimpulan
Trojan Triada bukan sekadar malware biasa. Keberadaannya di dalam firmware sistem menjadikannya salah satu ancaman terbesar di dunia Android saat ini. Indonesia termasuk dalam daftar negara dengan jumlah korban tertinggi, yang menunjukkan bahwa penyebarannya sangat relevan bagi pengguna lokal.
Kaspersky telah memberikan peringatan keras mengenai varian terbaru Trojan Triada dan dampaknya yang sangat luas. Dengan kemampuan untuk mencuri data, membajak akun, hingga menguras aset kripto, malware ini bisa menghancurkan privasi dan keuangan korban hanya dalam hitungan detik. Oleh karena itu, kesadaran pengguna menjadi benteng pertama dalam menghadapi serangan siber yang semakin canggih ini.
Artikel berjudul Waspadai Trojan Triada di Smartphone Android Palsu yang ditulis oleh Christopher Louis pertama kali tampil di Gizmologi.id