ARTICLE AD BOX
Rektor UCLA Julio Frenk menyampaikan bahwa visa enam mahasiswa aktif dan enam alumni yang mengikuti program pelatihan karier dicabut oleh otoritas imigrasi AS. Frenk mengatakan pencabutan visa itu dilakukan oleh Program Pertukaran Pelajar dan Pengunjung (Student and Exchange Visitor Program) dengan alasan pelanggaran ketentuan visa individu.
“Pemberitahuan pencabutan menunjukkan bahwa semua penghentian itu disebabkan oleh pelanggaran ketentuan program visa. Namun, langkah ini menimbulkan kekhawatiran besar di komunitas kampus kami,” kata Frenk dalam pernyataan resmi, dikutip Selasa (8/4/2025).
Hal serupa juga terjadi di kampus University of California, Berkeley. Enam mahasiswa mereka dicabut visa F-1-nya oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan diperintahkan untuk meninggalkan Amerika Serikat dalam pekan ini.
Sementara itu, Universitas Stanford melaporkan empat mahasiswanya dan dua lulusan baru juga kehilangan status visanya. Di Universitas Columbia, surat kabar mahasiswa Columbia Spectator melaporkan bahwa visa empat mahasiswa internasional turut dicabut.
Terkait Aksi Pro-Palestina
Pencabutan visa ini dilakukan di tengah gelombang penangkapan terhadap mahasiswa internasional sejak Maret lalu. Sejumlah mahasiswa ditahan karena menyuarakan dukungan terhadap Palestina, di antaranya Mahmoud Khalil (Columbia), Rumeysa Ozturk (Tufts), dan Badar Khan Suri (Georgetown).
Pemerintah AS menggunakan undang-undang imigrasi yang memungkinkan pencabutan visa dengan alasan "dampak buruk yang serius terhadap kebijakan luar negeri." Pihak berwenang menilai beberapa aksi mahasiswa tersebut telah melampaui batas kebebasan berekspresi dan memicu instabilitas.
Menurut Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, hingga kini sekitar 300 visa pelajar telah dicabut sebagai bagian dari tindakan administratif yang disebut mendukung “kepentingan nasional AS.”
Aksi mahasiswa internasional di berbagai kampus besar di AS meningkat sejak perang Israel di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023. Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 50.000 orang dan menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza.